GEBYAR MILAD MAN 2 KOTA BEKASI

Agenda tahunan yang dilaksanakan untuk memeriahkan Milad MAN 2 KOTA BEKASI dan Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

LDKR (Latihan Dasar Kepemimpinan Rohis)

Kegiatan untuk melatih dan membangkitkan jiwa kepemimpinan bagi anggota Rohis MAN 2 Kota Bekasi.

Nasyid Asma Voice

Sebuah Tim Nasyid yang Bergenre Acapella.

Masa Orientasi Siswa Tahun 2012

Sebuah agenda yang rutin dilaksanakan untuk menjaring anggota-anggota baru.

Latihan Dasar Kepemimpinan Rohis 2014

Agenda rutin yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan bagi seluruh anggota Rohis.

Rabu, 26 Februari 2014

TABLIGH AKBAR


Selasa, 25 Februari 2014

Tentang Totalitas Itu!!


Oleh : Bahrudin Yuliyanto

dakwatuna.com - Ikhwah, kalau Antum ga pengen bilang dakwah di sekolah Antum lagi down, ya jangan ngomong doang, terjun dong kalau perlu menenggelamkan diri kembali ditempat ini, tempat yang juga menjadi asbab Antum bisa menjadi lebih baik seperti sekarang!!

Kalimat di atas mungkin terdengar terlalu keras, tapi itu adalah realita. Saya tidak sedang mengatakan bahwa di semua tempat mengalami hal yang serupa, yaitu kemerosotan kualitas maupun kuantitas dakwah level sekolah, bahkan di beberapa tempat geliat dakwah sekolah itu begitu menggelora, namun di beberapa tempat yang lain hal itu menjadi semacam masalah yang kurang direspon sebagai qadhaya dakwah yang harus diselesaikan dengan segera, karena ibarat tumor, kalau tidak segera diangkat, maka akan cepat menjalar ke seluruh tubuh.

Sebenarnya, dakwah sekolah sedang mendapat angin segar dengan 2 hal, yaitu munculnya pemberitaan Rohis di sebuah media nasional untuk mengkounter serangan Rohis  sebagai sarang teroris dengan eksistensi kebaikan yang menolak tuduhan itu dengan elegan, serta isu lemahnya institusi sekolah dengan berbagai kurikulum pendidikannya yang gagal mengatasi kenakalan remaja yang terwujud dengan maraknya kembali tawuran pelajar di mana-mana.

Maka sebagai aktivis dakwah harus melihat peluang besar tersebut dengan sesegera mungkin menawarkan “produk dagangannya” ke berbagai pihak agar momen tadi tidak hilang begitu saja. Hanya saja kadang kita belum mengemas “produk” kita tersebut dengan semenarik mungkin, agar “target pasar” kita mau membeli “produk” yang kita tawarkan tersebut, begitu pula dengan mempersiapkan manajemen yang solid serta sistem yang teratur, agar “produk” kita tersebut terjaga kesinambungannya dan bahkan semakin hari semakin berkualitas.

Kembali ke potongan kalimat di awal, sayangnya di tengah menggeliatnya kembali kebanyakan aktivis dakwah mengelola para pelajar sebagai bagian dari anashir dakwah, masih saja ada yang (lebih) senang menjadi penonton ketimbang turun sebagai pemain, masih saja ada yang (tak) merasa telah menjadi pecundang bukan pemenang.

Ketika rekan2 dakwahnya sedang berusaha membangun kembali bangunan dakwah dengan segenap kemampuan dan doa yang bisa mereka lakukan, para penonton itu hanya menyibukkan diri dengan sorakan dan ejekan yang justru menjadi benalu yang bisa melemahkan saudaranya yang lain.

Ada yang merasa sudah terlalu “tua” untuk terlibat dalam dakwah sekolah, karena merasa sudah memiliki bentangan jarak usia sekarang dengan masa kelulusannya “dulu” walaupun masih berstatus ‘single’. Padahal tidak sedikit aktivis dakwah sekolah yang masih aktif adalah mereka mereka yang sudah memiliki “gelar” Abi dan umi dari sekian anak, yang tidak membuat mereka kehilangan ‘sense of belonging’ dengan dakwah sekolah.

Atau, ada pula yang merasa sudah terlalu sibuk dengan aktivitas duniawinya sehingga merasa pantas untuk keluar dari arena dakwah, padahal di sekitarnya tidak sedikit yang disibukkan dengan berbagai aktivitas duniawi juga aktivitas dakwah, namun masih memiliki porsi yang tidak sedikit untuk berkecimpung dalam dakwah sekolah.
Maka bagi mereka yang merasa seperti itu resapilah kalimat ini: “Memang seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu… Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai…”
Kalimat dari Alm. Ustadz Rahmat Abdullah Allahuyarhamhu, seorang syaikhut tarbiyah yang seakan sebuah isyarat bagi siapapun yang merasa berada dalam lingkaran dakwah untuk beramal secara totalitas tidak setengah-setengah, jangan pernah merasa tua dalam dakwah sekolah, justru bersyukurlah karena kita dimudahkan oleh objek dakwah yang memang dari segi usia masih belia dan jauh lebih muda dari kita, jangan pula merasa tidak mampu lagi berkontribusi dalam dakwah sekolah, karena bentuk kontribusi itu bisa bermacam-macam, tidak melulu harus menghadirkan diri secara visual, namun bisa juga dalam bentuk kontribusi pemikiran, pendanaan, hingga doa yang tak terputus untuk kemajuan dakwah, oleh karenanya kita meminimalisir alasan untuk tidak beramal secara totalitas dalam dakwah, karena setiap individu memiliki peran berbeda, maka jalanilah peran-peran itu dengan sebaik-baiknya, jadilah pemenang di setiap bidang dakwah yang diamanahkan kepada kita. Sehingga semoga dengan izin Allah, ketotalitasan kita dalam dakwah sekolah menjadi salah satu asbab semakin meningkatnya kualitas dan kuantitas aktivis dakwah yang lahir dari rahim dakwah sekolah yang berimplikasi semakin tegaknya Islam di muka bumi ini.
(Introspeksi diri yang masih banyak kekurangan dan Insya Allah terus berusaha totalitas dalam dakwah)
Wallahu a’lam bishshowwab…

Rabu, 19 Februari 2014

Pendidikan Agama



Oleh : Fahmi AP Pane

Sekolah-sekolah Islam di Andalusia begitu unggul dan tidak tertandingi, baik soal pendidikan agama, kepribadian, maupun sains. Karenanya, negara-negara non-Islam ingin diberi izin menyekolahkan warganya di sana. Termasuk, Raja Inggris Raya, George. Begitu besar hasratnya sampai-sampai dalam surat permohonannya dia menyebut penguasa Andalusia, Khalifah Hisyam III, sebagai paduka yang mulia, dan menggelari dirinya sebagai 'hamba paduka yang patuh'.

Memang, kala negara menerapkan hukum dan petunjuk Allah, termasuk dalam pendidikan agama, maka manusia diperlakukan sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya dianggap modal produksi, pasar industri, atau sumber suara dalam pemilu. Pendidikan agama memenuhi standar keimanan, misal diajarkan guru-guru Muslim yang teruji ketakwaannya di dalam dan luar sekolah.

Kisah George tersebut membuktikan pendidikan Islam membuat iri negara manapun yang tidak menerapkannya. Buktinya, muncul ulama yang menguasai sains dan ilmu agama sekaligus, seperti Imam Bukhari, Syafii, Ibnu Sina, Abu Ishak al-Kindi, dan Al Haitam. Begitu hebatnya hasil pendidikan agama dan sains di era penerapan Islam hingga ulama tersebut bukan hanya memahami ilmu yang telah ada, tetapi juga membuat dasar ilmu dan metodologi baru dan tetap relevan hingga ribuan tahun sesudahnya, seperti hadis, fikih, kedokteran, musik, optik, dan fisika.

Sebaliknya, seperti saat ini, target minimal pun takkan diperoleh. Negara tidak mampu membentuk sumber daya guru bermutu dalam pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Dana tidak mencukupi, yang sebagian, karena hukum Allah soal pertambangan dilalaikan hingga para kapitalis menguasai aset rakyat itu, dan riba pada sistem keuangan negara yang menguras puluhan triliun rupiah/tahun.

Akibatnya, hanya segelintir sekolah negeri yang mampu memberi pendidikan agama dan sains yang memenuhi standar minimal. Sementara itu, sekolah swasta Muslim gagal dimasuki mayoritas anak negeri karena berbiaya mahal. Bahkan, syarat paling minim dan masuk akal dalam pendidikan agama, yakni diajar oleh guru Muslim dan tujuan membentuk pribadi bertakwa serta berakhlak mulia, dilecehkan habis-habisan.

Sadarilah, bahwa hanya dengan meneladani era Islam, yang menyeimbangkan pendidikan agama dan sains, akan terbentuk saintis bertakwa atau ulama melek teknologi, sekaligus mencegah maraknya narkoba, pergaulan bebas, kebejatan massal, hilangnya penghormatan anak kepada orang tua, pemurtadan, dan lain-lain.

Selasa, 11 Februari 2014

Apa Bedanya Nyamuk dan Kita?



Dua malam yang lalu, seperti biasa aku duduk didepan meja bundarku. Aku ditemani pena yang menggelayut erat dalam lipatan jariku berpikir mengumpulkan hal-hal baru yang menarik dan dapat kurangkai dalam kata-kata. Ya, itulah kebiasaanku, menulis di tengah heningnya malam dan kegelapannya. Sebuah kebiasaan yang telah dipahami dengan sendirinya oleh para rekan dan keluargaku.

Belum lama aku tenggelam dalam perenunganku, dan belum sebuah masalah pun yang tergambar dalam otakku. Tiba-tiba sebuah sengatan tajam menusuk kulit telingaku, lalu pindah ketanganku.... Pikiranku buyar.. tapi ternyata kebuyaran itu membentuk sebuah hal baru yang muncul dalam pikiranku.

Seekor nyamuk telah menggangguku. Aku berusaha menepuknya, tapi sayapnya lebih cepat membawa lari mungil tubuhnya. Aku mencoba buka jendela, dan dengan cara itu ada gerombolan nyamuk lain yang langsung menerjang masuk. Kuhantam mereka dengan satu kibasan.... Luar biasa ternyata mereka mampu menghindar dengan berpencar.... Sungguh baru kali ini aku melihat ada sebuah umat yang dengan jalan berpencar dan berbeda arah malah mampu menyelamatkan kehidupannya. Mereka adalah nyamuk-nyamuk yang pandai.

Kalau begitu alangkah lemahnya manusia, yang selalu merasa paling pandai dan merasa paling kuat, bahkan merasa selalu ingin menguasai dunia ini dengan kekuatan... Padahal mereka kadang malah tertipu dengan keangkuhannya, merasa kuat, tapi untuk membunuh serangga kecil itu dengan satu kibasan saja kadang tak mampu...

Kalau manusia mau berpikir, bahwa antara manusia yang berakal, hewan yang berinsting, tumbuhan yang berkembang, ataupun benda mati yang diam semuanya tak akan ada kekuatan apapun kecuali berkat karunia ilahiyah semata. Tapi itulah yang kerap dilupakan.

Aku menemukan beberapa kesamaan antara nyamuk dan manusia.

Pertama, nyamuk mencari jalan hidupnya dengan mengisap darah, namun terkadang ia berlebihan dalam isapannya sehingga kecil badannya tak mampu menampung semua hasilnya tadi. Begitupun ia terus mengisap tak mau berhenti, hingga akhirnya perutnya kembung dan hampir pecah dengan sendirinya... Sungguh ia mencari hidup melalui jalan kematian, dan mencari jalan keselamatan namun disarang bahaya.

Kalau lah boleh kita qiyaskan maka ia tak jauh beda dengan orang serakah dan pecandu narkoba, pada isapan dan hirupan pertamanya ia merasa melihat surga dan kebahagiaan, sehingga ia tertuntut untuk kedua, dan ketiga kalinya bahkan seterusnya... Hingga menjadi sebuah kedahagaan tersendiri jika ia tak mengulanginya. Sementara ia tidak menyadari bahwa kefanaan telah mengintai dirinya dengan taring-taring yang menyeringai.

Kedua, nyamuk adalah mahluk yang tak mempunyai siasat mencari hidup yang baik. Hal itu dapat kita lihat saat ia hinggap pada tubuh manusia, ia tak hinggap kecuali dengan membawa dengungan suara yang yang menandakan akan kedatangannya. Akhirnya secara otomatis tubuh yang ia hinggapi tadi akan sgera menampiknya dan menggagalkan usahanya.

Toh kalau boleh kita kiyaskan maka ia tak lebih bagaikan seorang politikus yang bodoh, yang banyak ngoceh sana-sini, dan mengumbar statement tanpa karuan yang akhirnya statemen-statemen itu malah menghancurkanya, dan membuat musuh dapat berbuat sekehendak hati padanya, bahkan menyerangnya dengan serangan balik yang tidak ia sadari...

Ketiga, nyamuk yang dengan keringanan tubuhnya mampu hinggap di tubuh manusia dengan hampir tak terasa sedikitpun. Tapi sengatan dan gigitan yang ditimbulkan olehnya betul-betul perih dan menyakitkan. Ini bisa dianalogikan seperti seorang yang dengan segala senyum manisnya berusaha untuk memikiat hati orang lain, hingga saking indah dan mesranya senyum itu, kita tak mempunyai sedikit prsangka buruk kepadanya. Tapi ternyata dibalik senyum nan indah dan bersahaja itu tersimpan sejuta tujuan nan jahat bahkan sanggup mengahancurkan dan "menyengat" kita jika maksud dan tujuannnya telah tercapai.

Diterjemahkan dari Kitab AN-NAZARAT Oleh Musthofa Luthfi el Manfaluthi.
vhemy@yahoo.com

Senin, 03 Februari 2014

Doa Untuk si Mayit



Dalam perjalanannya menuju mesjid, Iring-iringan jenazah melewati seorang badui. Pemandangan ini membuat si badui merenung sejenak.

"Aku akan ikut sholatkan jenazah itu agar bila aku mati nanti orang juga tak segan menyolatkan aku," pikir si badui.

Ia lalu mengikuti iringan jenazah itu memasuki mesjid. Setelah menyolatkan, ia kembali mengurus kerjaannya.Malam harinya sang imam mimpi bertemu dengan si mayit. Ia tampak sangat bahagia.

"Bagaimana keadaanmu," tanya sang imam."Alhamdulillah, Allah telah mengampuni dosa-dosaku berkat doa si badui."

Keesokan harinya sang imam mencari si Badui. Setelah bertemu, ia bertanya, "Doa apa yang kau baca sewaktu sholat jenazah kemarin."

"Aku tidak membaca apa-apa," kata si Badui."Semalam aku mimpi bertemu dengan mayit yang kita sholatkan kemarin. Ia bercerita bahwa Allah telah mengampuni dosa-dosanya berkat doamu."

"Aku tidak berdoa apa-apa. Aku hanya berkata: Ya Alloh, sekarang ia adalah tamu-Mu. Kalau tamuku, tentu akan kusembelihkan seekor kambing."

sumber : Kisah-kisah Islam.help by Heksa

Minggu, 02 Februari 2014

Hadits ke-1 : Pahala Pekerjaan Ditentukan Niatnya

Amirul Mukminim Abi Hafsh Umar bin Khattab ra. berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda :

"Segala amal perbutan tergantung niatnya dan bagi setiap oraang hanyalah apa yang ia niatkan. Barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu menuju Allah dan RasulNya. Barang siapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan".

(Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits : Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhori dan Abul Husain Muslim bin Al-Hajjaj bin Muslim Al-Qusyairy An-Naisaburi, di dalam kedua kitab tershahih di antara semua kitab hadits).