GEBYAR MILAD MAN 2 KOTA BEKASI

Agenda tahunan yang dilaksanakan untuk memeriahkan Milad MAN 2 KOTA BEKASI dan Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

LDKR (Latihan Dasar Kepemimpinan Rohis)

Kegiatan untuk melatih dan membangkitkan jiwa kepemimpinan bagi anggota Rohis MAN 2 Kota Bekasi.

Nasyid Asma Voice

Sebuah Tim Nasyid yang Bergenre Acapella.

Masa Orientasi Siswa Tahun 2012

Sebuah agenda yang rutin dilaksanakan untuk menjaring anggota-anggota baru.

Latihan Dasar Kepemimpinan Rohis 2014

Agenda rutin yang dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan bagi seluruh anggota Rohis.

Minggu, 06 April 2014

PEMIMPIN DALAM ISLAM


PEMIMPIN DALAM ISLAM


“Allah Pemimpin orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya. Dan orang-orang yang kafir, pemimpin-peminpin mereka adalah thaghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya”.
(Q.S. Al-Baqarah 2: 257)

 Azh-zhulumat (kegelapan) dalam ayat di atas adalah simbol dari segala bentuk kekufuran, kemusyrikan, kefasikan dan kemaksiatan Atau dalam bahasa sekarang azh-zhulumat adalah bermacam-macam ideologi dan isme-isme yang bertentangan dengan ajaran islam seperti komunisme, sosialisme, kapitalisme, liberalisme, materialisme, hedonisme dan lain sebagainya. Sedangkan an-Nur adalah simbol dari ketauhidan, keimanan, ketaatan, dan segala kebaikan lainnya.

At-thaghut adalah segala sesuatu yang disembah (dipertuhan) selain dari Allah SWT dan dia suka diperlakukan sebagai tuhan tersebut. Menurut Sayyid Qutub, Thaghut adalah segala sesuatu yang menentang kebenaran dan melanggar batas yang telah digariskan oleh Allah SWT untuk hamba-Nya. Dia bisa berbentuk pandangan hidup, peradaban, dan lain-lain yang tidak berlandaskan ajaran Allah SWT.
Secara operasional kepemimpinan Allah SWT itu dilaksanakan oleh Rasulullah SAW, dan sepeninggal beliau kepemimpinan itu dilaksanakan oleh orang-orang yang beriman. Hal itu dinyatakan di dalam Al-Quran:



“Sesungguhnya pemimpin kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yaitu yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).” (QS. Al-Maidah 5:55)

Kriteria Pemimpin

Pemimpin umat atau dalam ayat di atas di istilahkan dengan waliy dan dalam ayat lain (Q.S. An-Nisa’ 4:59) disebutkan dengan ulil amri adalaah penerus kepemimpinan Rasulullah SAW setelah
beliau meninggal dunia. Sebagai Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad SAW tidak bisa digantikan, tapi sebagai kepala negara, pemimpin, ulil amri tugas beliau dapat digantikan.

Orang-orang yang dapat dipilih menggantikan beliau sebagai pemimpin minimal harus mematuhi empat kriteria sebagai mana yang dijelaskan dalam surah Al-Maidah ayat 55 di atas.

1    1.     Beriman Kepada Allah SWT
Karena ulil amri adalah penerus kepemimpinan Rasulullah SAW, sedangkan Rasulullah sendiri adalah pelaksana kepemimpinan Allah SWT, maka tentu saja yang pertama sekali harus dimiliki oleh penerus kepemimpinan beliau adalah keimanan (Kepada Allah, Rasul, dan rukun iman yang lainnya). Tanpa keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya bagaimana mngkin dia dapat diharapakan memimpin umat menempuh jalan Allah di atas permukaan bumi ini.

2    2. Mendirikan shalat
Shalat adalah ibadah vertikal langsung kepada Allah SWT. Seorang pemimpin yang mendirikan shalat diharapkan memiliki hubungan vertikal yang baik dengan Allah SWT. Diharapakan nilai-nilai kemuliaan dan kebaikan yang terdapat di dalam shalat dapat tercermin dalam kepemimpinannya. Misalnya nilai kejujuran. Apabila wudhu’ seorang imam yang sedang memimpin shalat batal, sekalipun tidak diketahui orang lain dia akan mengundurkan diri dan siap digantikan orang lain, karena dia sadar bahwa dia tidak lagi berhak menjadi imam.

3    3.      Membayarkan Zakat
Zakat adalah ibadah mahdhah yang merupakan simbol kesucian dan kepedulian sosial. Seorang pemimpin yang berzakat diharapkan selalu berusaha mensucikan hati dan hartanya. Dia tidak akan mencari dan menikmati harta dengan cara yang tidak halal (misalnya dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme). Dan lebih dari pada itudia memiliki kepedulian sosial yang tinggi terhadap kaum dhu’afa’ dan mustadh’afin. Dia akan menjadi pembela orang-orang yang lemah.

4    4.      Selalu Tunduk Patuh Kepada Allah SWT
Dalam ayat dia atas sisebutkan pemimpin itu haruslah orang-orang yang selalu ruku’ (wa hum raki’um). Ruku’ adalah simbol kepatuhan secara mutlak kepada Allah dan Rasul-Nya yang secara konkret dimanifestasikan dengan menjadi seorang muslim yang kafah (total), baik dalam aspek aqidah, ibadah, akhlaq maupun mu’amalat. Aqidahnya bener (bertauhid secara murni dengan segala konsekuensinya, bebas dari segala bentuk kemusyrikan), ibadahnya tertib dan sesuai tuntunan Nabi, akhlaqnya terpuji (shidiq, amanah, adil, istiqamah dan sifat-sifat mulia lainnya) dan mu’amalatnya (dalam seluruh aspek kehidupan) tidak bertentangan dengan syariat Islam.

Senin, 10 Maret 2014

Sakit Mata dan Air Wudlu



Suatu hari Junaid Al-Banghdadi sakit mata. Ia diberitahu oleh seorang tabib, jika ingin cepat sembuh jangan sampai matanya terkena air. Ketika tabib itu pergi, ia nekad berwudlu membasuh mukanya untuk shalat kemudian tidur. Anehnya, sakit matanya malah menjadi sembuh. Saat itu terdengar suara "Junaid menjadi sembuh matanya kerana ia lebih ridla kepada-Ku". Seandainya ahli neraka minta kepada-Ku dengan semangat Junaid niscaya Aku luluskan permintaannya." Kata suara itu.

Tabib yang melihat mata Junaid sembuh itu menjadi keheranan, "Apa yang telah engkau lakukan?"

"Aku telah membasuh muka dan mataku kemudian shalat", ujarnya.

Tabib itu memang beragama Nashrani, dan setelah melihat peristiwa itu, dia beriman. "Itu obat dari Tuhan yang menciptakan sakit itu. Dia pulalah yang menciptakan obatnya. Aku ini sebenarnya yang sakit mata hatiku, dan Junaidlah tabibnya."


pesantrenonline.com

Rabu, 26 Februari 2014

TABLIGH AKBAR


Selasa, 25 Februari 2014

Tentang Totalitas Itu!!


Oleh : Bahrudin Yuliyanto

dakwatuna.com - Ikhwah, kalau Antum ga pengen bilang dakwah di sekolah Antum lagi down, ya jangan ngomong doang, terjun dong kalau perlu menenggelamkan diri kembali ditempat ini, tempat yang juga menjadi asbab Antum bisa menjadi lebih baik seperti sekarang!!

Kalimat di atas mungkin terdengar terlalu keras, tapi itu adalah realita. Saya tidak sedang mengatakan bahwa di semua tempat mengalami hal yang serupa, yaitu kemerosotan kualitas maupun kuantitas dakwah level sekolah, bahkan di beberapa tempat geliat dakwah sekolah itu begitu menggelora, namun di beberapa tempat yang lain hal itu menjadi semacam masalah yang kurang direspon sebagai qadhaya dakwah yang harus diselesaikan dengan segera, karena ibarat tumor, kalau tidak segera diangkat, maka akan cepat menjalar ke seluruh tubuh.

Sebenarnya, dakwah sekolah sedang mendapat angin segar dengan 2 hal, yaitu munculnya pemberitaan Rohis di sebuah media nasional untuk mengkounter serangan Rohis  sebagai sarang teroris dengan eksistensi kebaikan yang menolak tuduhan itu dengan elegan, serta isu lemahnya institusi sekolah dengan berbagai kurikulum pendidikannya yang gagal mengatasi kenakalan remaja yang terwujud dengan maraknya kembali tawuran pelajar di mana-mana.

Maka sebagai aktivis dakwah harus melihat peluang besar tersebut dengan sesegera mungkin menawarkan “produk dagangannya” ke berbagai pihak agar momen tadi tidak hilang begitu saja. Hanya saja kadang kita belum mengemas “produk” kita tersebut dengan semenarik mungkin, agar “target pasar” kita mau membeli “produk” yang kita tawarkan tersebut, begitu pula dengan mempersiapkan manajemen yang solid serta sistem yang teratur, agar “produk” kita tersebut terjaga kesinambungannya dan bahkan semakin hari semakin berkualitas.

Kembali ke potongan kalimat di awal, sayangnya di tengah menggeliatnya kembali kebanyakan aktivis dakwah mengelola para pelajar sebagai bagian dari anashir dakwah, masih saja ada yang (lebih) senang menjadi penonton ketimbang turun sebagai pemain, masih saja ada yang (tak) merasa telah menjadi pecundang bukan pemenang.

Ketika rekan2 dakwahnya sedang berusaha membangun kembali bangunan dakwah dengan segenap kemampuan dan doa yang bisa mereka lakukan, para penonton itu hanya menyibukkan diri dengan sorakan dan ejekan yang justru menjadi benalu yang bisa melemahkan saudaranya yang lain.

Ada yang merasa sudah terlalu “tua” untuk terlibat dalam dakwah sekolah, karena merasa sudah memiliki bentangan jarak usia sekarang dengan masa kelulusannya “dulu” walaupun masih berstatus ‘single’. Padahal tidak sedikit aktivis dakwah sekolah yang masih aktif adalah mereka mereka yang sudah memiliki “gelar” Abi dan umi dari sekian anak, yang tidak membuat mereka kehilangan ‘sense of belonging’ dengan dakwah sekolah.

Atau, ada pula yang merasa sudah terlalu sibuk dengan aktivitas duniawinya sehingga merasa pantas untuk keluar dari arena dakwah, padahal di sekitarnya tidak sedikit yang disibukkan dengan berbagai aktivitas duniawi juga aktivitas dakwah, namun masih memiliki porsi yang tidak sedikit untuk berkecimpung dalam dakwah sekolah.
Maka bagi mereka yang merasa seperti itu resapilah kalimat ini: “Memang seperti itulah dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu… Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yang kau cintai…”
Kalimat dari Alm. Ustadz Rahmat Abdullah Allahuyarhamhu, seorang syaikhut tarbiyah yang seakan sebuah isyarat bagi siapapun yang merasa berada dalam lingkaran dakwah untuk beramal secara totalitas tidak setengah-setengah, jangan pernah merasa tua dalam dakwah sekolah, justru bersyukurlah karena kita dimudahkan oleh objek dakwah yang memang dari segi usia masih belia dan jauh lebih muda dari kita, jangan pula merasa tidak mampu lagi berkontribusi dalam dakwah sekolah, karena bentuk kontribusi itu bisa bermacam-macam, tidak melulu harus menghadirkan diri secara visual, namun bisa juga dalam bentuk kontribusi pemikiran, pendanaan, hingga doa yang tak terputus untuk kemajuan dakwah, oleh karenanya kita meminimalisir alasan untuk tidak beramal secara totalitas dalam dakwah, karena setiap individu memiliki peran berbeda, maka jalanilah peran-peran itu dengan sebaik-baiknya, jadilah pemenang di setiap bidang dakwah yang diamanahkan kepada kita. Sehingga semoga dengan izin Allah, ketotalitasan kita dalam dakwah sekolah menjadi salah satu asbab semakin meningkatnya kualitas dan kuantitas aktivis dakwah yang lahir dari rahim dakwah sekolah yang berimplikasi semakin tegaknya Islam di muka bumi ini.
(Introspeksi diri yang masih banyak kekurangan dan Insya Allah terus berusaha totalitas dalam dakwah)
Wallahu a’lam bishshowwab…

Rabu, 19 Februari 2014

Pendidikan Agama



Oleh : Fahmi AP Pane

Sekolah-sekolah Islam di Andalusia begitu unggul dan tidak tertandingi, baik soal pendidikan agama, kepribadian, maupun sains. Karenanya, negara-negara non-Islam ingin diberi izin menyekolahkan warganya di sana. Termasuk, Raja Inggris Raya, George. Begitu besar hasratnya sampai-sampai dalam surat permohonannya dia menyebut penguasa Andalusia, Khalifah Hisyam III, sebagai paduka yang mulia, dan menggelari dirinya sebagai 'hamba paduka yang patuh'.

Memang, kala negara menerapkan hukum dan petunjuk Allah, termasuk dalam pendidikan agama, maka manusia diperlakukan sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya dianggap modal produksi, pasar industri, atau sumber suara dalam pemilu. Pendidikan agama memenuhi standar keimanan, misal diajarkan guru-guru Muslim yang teruji ketakwaannya di dalam dan luar sekolah.

Kisah George tersebut membuktikan pendidikan Islam membuat iri negara manapun yang tidak menerapkannya. Buktinya, muncul ulama yang menguasai sains dan ilmu agama sekaligus, seperti Imam Bukhari, Syafii, Ibnu Sina, Abu Ishak al-Kindi, dan Al Haitam. Begitu hebatnya hasil pendidikan agama dan sains di era penerapan Islam hingga ulama tersebut bukan hanya memahami ilmu yang telah ada, tetapi juga membuat dasar ilmu dan metodologi baru dan tetap relevan hingga ribuan tahun sesudahnya, seperti hadis, fikih, kedokteran, musik, optik, dan fisika.

Sebaliknya, seperti saat ini, target minimal pun takkan diperoleh. Negara tidak mampu membentuk sumber daya guru bermutu dalam pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Dana tidak mencukupi, yang sebagian, karena hukum Allah soal pertambangan dilalaikan hingga para kapitalis menguasai aset rakyat itu, dan riba pada sistem keuangan negara yang menguras puluhan triliun rupiah/tahun.

Akibatnya, hanya segelintir sekolah negeri yang mampu memberi pendidikan agama dan sains yang memenuhi standar minimal. Sementara itu, sekolah swasta Muslim gagal dimasuki mayoritas anak negeri karena berbiaya mahal. Bahkan, syarat paling minim dan masuk akal dalam pendidikan agama, yakni diajar oleh guru Muslim dan tujuan membentuk pribadi bertakwa serta berakhlak mulia, dilecehkan habis-habisan.

Sadarilah, bahwa hanya dengan meneladani era Islam, yang menyeimbangkan pendidikan agama dan sains, akan terbentuk saintis bertakwa atau ulama melek teknologi, sekaligus mencegah maraknya narkoba, pergaulan bebas, kebejatan massal, hilangnya penghormatan anak kepada orang tua, pemurtadan, dan lain-lain.